
Tuesday, September 6, 2016
Jepang-China berebut proyek kereta cepat Asean, siapa jawaranya?
Reporter : Moch Wahyudi | Senin, 5 September 2016 08:00
Jepang-China berebut proyek kereta cepat Asean, siapa jawaranya?
kereta cepat china jepang. ©blogspot.com
berita unik - Disela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) China awal September 2014, Presiden Joko Widodo menjajal kereta peluru dari Beijing menuju Tianjin yang berjarak sekitar 120 kilometer. Duduk di gerbong depan, Jokowi bersama Ibu Negara Iriana dan rombongan delegasi Indonesia, didampingi sejumlah pejabat China, terlihat menikmati pemandangan musim gugur dari dalam kereta berkecepatan 306 kilometer per jam itu.
Buntut dari setengah jam menaiki kereta peluru itu timbul dua bulan kemudian. Jokowi memutuskan penangguhan proyek kereta cepat yang diajukan Jepang.
Pendirian mantan gubernur DKI Jakarta itu tak berubah meski sudah merasakan kenyamanan kereta peluru dari Tokyo menuju Nagoya, Saat berkunjung ke Jepang pada Maret 2015. Selepas itu, dia mengelak ketika ditanya wartawan terkait peluang Jepang melanjutkan proyek kereta cepat di Indonesia.
Alasan Jokowi mengelak baru ketahuan setelah bertolak dari Negeri Matahari Terbit menuju China. Jokowi dan Perdana Menteri Xi Jinping ternyata bersepakat menggelar studi kelayakan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Jepang yang telah menyiapkan proposal kereta cepat sekitar tujuh tahun lalu harus terpukul menerima kenyataan: Ditelikung China yang keseriusannya pada megaproyek tersebut baru muncul sekitar setahunan.
"Kami tidak bisa menerima keputusan Indonesia yang dibuat lewat proses buram," kata Menteri Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, seperti diberitakan Nikkei, beberapa waktu lalu.
Kasus itu membuat Jepang yang memiliki pengalaman setengah abad dalam membangun kereta peluru sadar bahwa China bakal menjadi rival berat dalam mengekspor "ular besi".
China dikabarkan telah membangun jaringan kereta peluru sepanjang 10.800 kilometer dalam dua belas tahun terakhir. Namun, itu masih mencomot teknologi dari berbagai produsen kereta ternama dunia. Diantaranya, Alstom SA Prancis, Siemens AG (Jerman), Bombardier Inc (Kanada), dan Kawasaki Heavy Industries Ltd (Jepang).
Pada 15 Agustus lalu, Negeri Komunis itu akhirnya berhasil meluncurkan kereta peluru buatan sendiri. Kereta dengan laju maksimal 350 kilometer per jam, bisa memungkasi perjalanan berjarak 380 kilometer dalam 120 menit itu, disebut memiliki sistem keselamatan mumpuni.
Sistem ini bisa menghentikan laju kereta jika terdapat ancaman keselamatan.
"Ini akan menjadi model kereta yang akan diekspor China di masa datang," kata Zhou Li, Kepala Departemen Teknologi China Railway Corp, kepada Xin Hua, medio Agustus lalu.
Asia Tenggara menjadi target pasar China. Mengingat, Negeri Panda itu berambisi mewujudkan jaringan kereta Pan-Asia sepanjang 1.700 kilometer.
Menariknya, Jepang juga mengincar kawasan yang sama guna memertahankan reputasinya sebagai produsen kereta cepat terandal di dunia.
Alhasil, persaingan antara dua negara tetangga sering berseteru itu untuk memenangkan proyek kereta cepat di Asean menjadi tak terhindarkan.
Setelah Indonesia, pertarungan berlanjut di proyek kereta peluru Kuala Lumpur-Singapura sepanjang 350 kilometer.
Jika pejabat Kedutaan Besar Jepang di Kuala Lumpur bersama sejumlah eksekutif JR East pernah menemui petinggi Kementerian Transportasi Malaysia. Maka langkah China untuk memenangkan proyek kerja sama yang sempat dibekukan Malaysia itu lebih dahsyat lagi.
Perdana Menteri Li Keqiang melayangkan surat ke Perdana Menteri Najib Razak. Isinya, komitmen Beijing untuk investasi, terutama properti dan infrastruktur, di Malaysia.
Di Filipina, China tengah mendekati Presiden terpilih Rody Duterte guna mendapatkan proyek jaringan kereta Manila-Clark International Airport. Sementara Jepang berhasil mengambil alih proyek jaringan kereta Malolos-Tutuban (Manila) yang mangkrak dari tangan China.
Nasib apes juga dialami China di Thailand. Perdana Menteri Prayut Chan-ocha membatalkan proyek kereta peluru sepanjang 845 kilometer yang menghubungkan Bangkok-laos-China.
Prayut bakal menggarap sendiri proyek kereta peluru Bangkok-Nakhon Ratchasima. Sementara Jepang berhasil mendapatkan proyek kereta cepat Bangkok-Chiang Mai.
Perjalanan Jepang dan China menjadi penguasa jaringan kereta peluru di Asia Tenggara masih panjang. Selain teknologi, faktor kemudahan pembiayaan dan kedekatan politik dinilai bisa menjadi penentu.

Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment