Monday, September 5, 2016

Fakta Cewek Jepang Jarang Memakai Celana dalam

uzumaki aldo

on
Siswi-siswi Jepang memiliki seragam yang modis, unik dan seksi. Hampir semua siswi Jepang memakai seragam sekolah dengan rok mini yang berada jauh di atas lutut. Ada sebuah sumber yang menyebutkan, rata-rata rok siswi Jepang 16,7 Cm di atas lutut. Wowww!!! Tidak hanya itu, ada rumor yang menyebutkan, bahwa ada sekolah-sekolah tertentu yang mewajibkan siswa perempuannya untuk tidak memakai celana dalam. 
 

Inilah Fakta Para Pelajar Putri Jepang yang Ternyata Jarang Memakai Celana Dalam

Wah, sungguh tidak terbayangkan, sudah roknya sangat pendek, ditambah tidak memakai celana dalam. Bagaimana jika ini diterapkan di Indonesia?


Usut punya usut, dahulu seragam sekolah di Jepang tidak seperti sekarang ini, sama seperti seragam sekolah yang sekarang ada di indonesia. Baju lengan pendek dengan rok pas lutut.



Lalu apa yang menyebabkan seragam sekolah siswa Jepang menjadi seperti sekarang ini? Zaman dahulu anak-anak putri Jepang mengenakan kimono ketika bersekolah yang tentu saja menyulitkan gerak gerik mereka ketika beraktifitas terutama berolahraga. Kemudian Ibu Elizabeth Lee teringat dengan model seragam yang dipakainya ketika belajar di Inggris, yaitu baju Sailor atau Pelaut. Tahun 1918, Ibu Elizabeth meminta seorang penjahit di Oota Toyokichi untuk menjahitkan baju atasan seragam anak-anak putri. Tetapi Baju sailor itu ternyata robek ketika dipakai berolah raga, maka Ibu Elizabeth menyarankan agar dipasang resleting di bagian kiri/kanan baju dari arah ketiak.Tapi kelihatannya resleting ini tidak lazim dikenakan.



Kendala selanjutnya gerakan anak2 masih terhambat karena rok yang mereka pakai masih berbentuk lurus panjang. Ibu Elizabeth pun datang kembali ke penjahit dan menjelaskan agar dibuat rok yang memudahkan anak-anak bergerak. Penjahit mendapat ide membuat rok berlipit-lipit setelah melihat gorden yang tertiup angin tetapi setelah itu dan dapat kembali ke bentuk semula. Akhirnya dibuatlah rok lipit-lipit. Tapi lambat laun rok yang dipakai siswi-siswi Jepang semakin pendek. Apa penyebabnya? Banyak yang belum mengetahui siapa yang memulainya. Namun banyak yang menduga, pemakaian rok pendek dapat menjadikan pemakainya lebih cantik dan anggun saat dipakai. Dan itulah yang membuat siswi Jepang menjadi tertarik untuk memakainya.


Berikut ini ada beberapa foto sebagai bukti bahwa rok milik pelajar putri di Jepang berada jauh dari lutut dan hampir membuka semua pahanya:

Inilah Fakta Para Pelajar Putri Jepang yang Ternyata Jarang Memakai Celana Dalam

Inilah Fakta Para Pelajar Putri Jepang yang Ternyata Jarang Memakai Celana Dalam

Inilah Fakta Para Pelajar Putri Jepang yang Ternyata Jarang Memakai Celana Dalam

Inilah Fakta Para Pelajar Putri Jepang yang Ternyata Jarang Memakai Celana Dalam

Inilah Fakta Para Pelajar Putri Jepang yang Ternyata Jarang Memakai Celana Dalam

Inilah Fakta Para Pelajar Putri Jepang yang Ternyata Jarang Memakai Celana Dalam

Inilah Fakta Para Pelajar Putri Jepang yang Ternyata Jarang Memakai Celana Dalam

Bagi para pria jangan pada nafsu ya, nanti kesandung lho! Hehehe... Gedubrak...!!!!

Ini Penyebab Produk Jepang Kian Tergusur China



Septian Deny
Septian Deny



berita unik , Jakarta - Perusahaan-perusahaan asal China mulai gencar menanamkan investasi di Indonesia. Sebut saja produsen otomotif SAIC-GM-Wuling (SGMW) yang membangun pabrik mobil di Bekasi, Jawa Barat, dengan nilai investasi sebesar Rp 9,7 triliun.‎
Selain itu, tidak lama lagi perusahaan asal Negeri Tirai Bambu, Skyworth, juga akan mengakuisisi pabrik televisi dan mesin cuci milik Toshiba di Indonesia.

‎Sedangkan hal berbeda justru terjadi pada investasi Jepang. Sejumlah perusahaan elektronik asal Negeri Sakura dikabarkan mulai mengurangi produksinya. Bahkan, ada juga yang menutup sebagian pabriknya di Indonesia.
Salah satu sebabnya, produk yang dihasilkan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman dan kalah bersaing dengan produk asal China.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ‎Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar mengatakan, kalahnya produk-produk Jepang dari China saat ini berawal dari budaya manajemen di dalam perusahaan asal Jepang yang dianggap kurang dinamis.

Dia mengungkapkan senioritas di perusahaan-perusahaan Jepang masih cukup tinggi, sehingga segala keputusan yang ada diambil menjadi lambat.
Selain itu, kaum muda di perusahaan-perusahaan Jepang jarang diberikan ruang untuk memunculkan ide-ide kreatifnya untuk perkembangan sebuah produk.
Baca Juga
    "Di perusahaan Jepang, manajemennya sangat senioritas. Jadi pengambilan keputusan tidak bisa dari bawah, tidak ada yang model-modelnya Bill Gates. Jadi ide-ide 'gila' sulit untuk muncul di sana. Sebagai contoh produk handphone. Handphone yang diproduksi China sekarang mengikuti perkembangan teknologi, sedangkan handphone Jepang terbilang stagnan," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (6/2/2016).

    ‎Selain itu, produk-produk Jepang relatif dibanderol dengan harga yang mahal meski hal tersebut sebanding dengan kualitasnya.
    Namun, produk-produk asal China justru sebaliknya. Lantaran kualitasnya tidak sebaik produk Jepang, produsen China berani membanderol dengan harga yang murah. Sedangkan secara umum masyarakat Indonesia lebih mengutamakan harga ketimbang kualitas.

    ‎"Jepang memang unggul secara kualitas, tetapi harganya juga tinggi. Sedangkan China dinamis. Dia berani banderol harga murah, tapi dengan kualitas seadanya. Sedangkan sebagian besar orang Indonesia harga jadi pertimbangkan utama," ‎kata dia.

    Sementara dari sisi tenaga kerja, upah pekerja Jepang jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan China. Haris menjelaskan, lulusan setingkat S1 di Jepang mendapatkan gaji sebesar Rp 22 juta per bulan. Hal seperti ini yang dinilai juga menjadi beban bagi biaya produksi produk-produk Jepang.

    "Tenaga kerja Jepang jauh lebih mahal. Di Jepang, orang tamatan first graduate itu gajinya ¥ 300 ribu atau setara Rp 22 juta. Sedangkan gaji pekerja China masih ada yang setara dengan UMP kita," kata dia. (Dny/Nrm)
    g
    n
    a
    t
    a
    D
    t
    a
    m
    a
    l
    e
    S